Lihat Salib

YESUS wafat di kayu salib. Kematian-Nya  janganlah  hanya  kita pandang sebagai kejadian biasa saja.

Lihatlah, bagaimana  Ia harus mengorbankan segala-Nya,   yaitu diri-Nya sendiri demi penebusan dosa umat manusia.  Inilah proses perjuangan Yesus di jalan salib-Nya yang begitu pelik dan panjang.

Yesus adalah teladan yang paling baik dalam hidup-Nya sendiri. Dia lahir bukan karena dunia tetapi datang dari Atas menurut kehendak Bapa-Nya di Surga. 

Sabda telah menjadi daging melalui rahim Sang Perawan Maria  dan Yusuf keturunan Raja Daud, tunangannya. Maria melahirkan Yesus menurut kehendak Allah,  'Terjadilah padaku menurut kehendak-Mu' . Maka, merekapun menjadi satu Keluarga Kudus dari Nazaret.

Banyak pekerjaan Allah dilakukan oleh  Putra-Nya, Yesus Kristus,  untuk menyelamatkan bangsa Israel dan dunia. Yesus tidak memandang status, pekerjaan, suku, agama, dan budaya. 

Selama  hidup-Nya, Dia mewartakan kabar gembira bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya. Dia pun telah  mengajarkan  keberagaman latar belakang yang berbeda-beda. Yesus memberikan kasih-Nya dengan meniadakan  diskriminasi,  karena bagi-Nya setiap manusia adalah  layak untuk dikasihi, dihormati, dan diselamatkan.

Setelah Yesus wafat, bangkit, dan diangkat ke Surga,  para rasul diberikan keberanian melalui Roh Kudus -Roh Penghibur dari Tuhan Yesus. Mereka melanjutkan pengajaran dan mewartakan kabar gembira bagi bangsa-bangsa yang berbeda di dalam hidup kebhinnekaan. 

Supaya jangan terjadi perpecahan dalam tubuh tetapi supaya anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan. Karena jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita. Jika anggota dihormati semua anggota turut bersuka-cita. Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggota-Nya ( 1Kor 12: 25-27).

Di negara kita, Indonesia, ketangguhan iman kristiani ditantang dan diuji di dalam  kebhinekaan Indonesia. Pancasila sebagai dasar negara Indonesia serta UUD 1945 yang mengatur tatanan kehidupan bangsa, kini sedang  ditantang kekuatannya dengan terpaan berbagai isu yang menyangkut  suku, agama, ras, dan budaya.

Bagi orang Kristen, kebhinnekaan bukanlah suatu hal baru.  Selalu mawas diri di dalam pertobatan dan keberagaman  adalah bagian dari iman kristiani yang harus terus-menerus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

St. Paulus juga telah mengajarkan bahwa  kebhinnekaan adalah suatu  anugerah dan perbedaan adalah sebuah  kekuatan. Hendaknya kita saling melengkapi, memperhatikan, serta saling membantu.

Kita harus berada di atas kebenaran Firman Allah, bertumbuh untuk mengalami apa yang dicari, yaitu pikiran Yesus yang telah dianugerahkan kepada kita di dalam sabda-Nya (1 Kor 2: 16).
    
Maka,  kita pasti  mampu memahami arti penderitaan dan wafat  Yesus Kristus,  Sang Penebus dan Juru Selamat.

Proses Jalan Salib-Nya  akan memberanikan kita untuk lebih  membangun komitmen diri sebagai orang-orang Katolik.  Orang-orang dengan “warna tersendiri”  yang rela berkorban,  berani menyuarakan kebenaran, dan tetap berpikir positif meneladani Yesus, turut mempersembahkan bakti untuk Indonesia tercinta. 

Oleh Raymundus Susanto